
Mantan pemain dan pelatih Persib Bandung, Bambang Sukowiyono mengatakan, perubahan pola dari 3-5-2 ke 4-4-2 yang dilakukan pelatih Jaya Hartono merupakan faktor utama kekalahan Eka Ramdani dan kawan-kawan dari Sriwijaya FC di leg pertama babak "16 Besar" Copa Dji Sam Soe Indonesia (CDSSI) 2008-2009 di Stadion Gelora Sriwijaya Palembang, Kamis (26/2). Selain itu, Suko juga menyoroti spirit para pemain Persib untuk menutupi kelemahan yang muncul.
"Hasil ini (kekalahan, red) ini harus dijadikan pelajaran dan koreksi, terutama menyangkut strategi dan pola bermain. Dalam sebuah kompetisi, idealnya pelatih menggunakan pola bermain yang sudah familiar," kata Suko, ketika dihubungi "GM", Kamis (26/2).
Di awal pertandingan kemarin, Jaya memasang empat bek sejajar, yaitu Maman Abdurahman, Nova Arianto, Nyeck Nyobe Georges Clement, dan Waluyo. Pola ini sebenarnya sudah ditinggalkan Jaya sejak pertengahan putaran pertama Liga Super Indonesia (LSI) 2008-2009 lalu, karena berdasarkan hasil evaluasi mereka, Persib banyak kebobolan ketika menggunakan skema ini.
Dikatakan Suko, sebenarnya perubahan pola permainan merupakan hal yang lumrah di dalam sepak bola. Namun, katanya, perubahan tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu, karena dalam prosesnya membutuhkan waktu cukup lama untuk beradaptasi. Karena ada kesan dilakukan secara mendadak, Suko mengatakan, apa yang dilakukan Jaya merupakan sebuah perjudian.
"Kalau perubahan pola main dilakukan secara mendadak, itu namanya spekulasi alias gambling (perjudian, red)," tegas pemain yang turut mengantarkan Persib menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986 ini.
Di luar perubahan pola yang dilakukan Jaya, Suko juga menyoroti soal spirit dan semangat tempur para pemain Persib. "Secara keseluruhan, dalam pertandingan kali ini, pemain Persib tidak memiliki spirit, power (kekuatan, red) dan usaha maksimal untuk menutupi kelemahan itu," katanya.
Tidak masalah
Berbeda dengan Sukowiyono, mantan pemain dan pelatih Persib lainnya, Suryamin mengatakan, keputusan Jaya mengubah skema permainan dari 3-5-2 ke 4-4-2, bukan sebuah masalah. Di mata Suryamin, yang menjadi persoalan adalah begitu mudahnya pemain belakang Persib dilewati lawan.
"Sebenarnya keputusan pelatih itu tidak jadi masalah. Persib bertanding dengan tim yang levelnya sama. Tapi persoalannya, pemain bertahan Persib begitu mudah dilewati lawan. Itu masalahnya," tegas pelatih yang sempat menangani Persib pada LI V/1998-1999 dan LI VI/1999-2000 ini.
Di samping kelemahan para pemain belakang, Suryamin melihat, organisasi pertahanan Persib secara keseluruhan juga tidak bagus. "Tugas bertahan adalah kolektif yang memerlukan organisasi. Artinya, pada saat kehilangan bola, semua pemain mesti disiplin menempatkan dirinya untuk ambil bagian dalam organisasi bertahan," jelas Suryamin.
Kendati demikian, Suryamin masih menyimpan optimisme Persib bisa lolos ke babak "8 Besar". "Melihat beberapa momen yang terjadi pada leg pertama, saya masih yakin Persib bisa meraih kemenangan minimal 2-0 dan lolos ke babak '8 Besar'," katanya.
Jumat, 27 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)









0 komentar:
Posting Komentar