Kamis, 18 Desember 2008

Rindu Atribut Persib


Menyaksikan tim Persib di stadion tanpa mengenakan atribut kebesaran Maung Bandung, dirasakan para bobotoh seperti mencicipi sayur tanpa garam. Meski suasana di dalam stadion gegap gempita tapi tanpa atribut tetap saja rasanya garing.

Kondisi ini telah dialami bobotoh selama lima bulan terakhir, menyusul sanksi dari PSSI yang melarang bobotoh memakai atribut berbau Persib selama setahun. Hal ini merupakan buntut kasus kerusuhan partai Persib vs Persija di Stadion Siliwangi, beberapa bulan lalu.

Ketua Umum Viking Heru Joko berharap di putaran kedua yang akan mulai digelar 3 Januari mendatang, PSSI segera mencabut larangan bagi bobotoh mengenakan atribut Persib.

Heru berharap seperti itu tentu bukan tanpa alasan. Menurutnya, pascaturunnya sanksi, bobotoh telah menunjukkan diri sebagai penonton sepak bola yang tertib. Hal ini kata Heru, harus menjadi pertimbangan bagi PSSI.

"Sekarang bobotoh sudah tertib, seharusnya apa yang ditunjukkan bobotoh di lapangan itu bisa menjadi bahan pertimbangan PSSI untuk mencabut larangan mengenakan atribut Persib bagi bobotoh," tandas Heru sambil mengatakan bobotoh sudah rindu beratribut Persib saat menyaksikan tim kesayangannya.

"Atribut itu penting sebagai identitas diri dan pembakar semangat bertanding bagi pemain," tambah Heru.

Ketua Umum The Bomber Asep Abdul juga berharap menjelang putaran kedua, bobotoh kembali bisa mengenakan atribut Persib. Menurut Abdul, tanpa atribut, ada sesuatu yang hilang ketika menyaksikan Persib di stadion.

"Pokona mah garing lah, nggak ada jiwanya. Bagi kami atribut itu penting. Mudah-mudahan saja PSSI segera mengevaluasi sanksi itu. Kalau mereka cuek aja, nanti kita akan mengirimkan surat ke PSSI," tandas Abdul.

Pengurus Harus Proaktif
Ketua Umum Viking Heru Joko, mengungkapkan selama ini pihaknya tidak tinggal diam untuk meminta pencabutan sanksi pelarangan memakai atribut. Beberapa kali hal itu sudah disampaikan ke PSSI tapi hingga kini belum juga ada jawaban yang memuaskan.

"Sanksi itu selama setahun tapi dalam enam bulan akan dievaluasi jika bobotoh mampu berlaku tertib. Jadi kita tunggu saja, pada bulan Januari nanti apakah sanksi itu akan dicabut atau tidak," kata Heru.

Heru berharap, untuk urusan yang satu ini, jangan hanya bobotoh yang kasak kusuk meminta pencabutan. Namun pengurus Persib pun harus proaktif.

"Babarengan atuh, tong ku bobotoh hungkul (Mari kerjasama. Jangan hanya bobotoh, Red). Pengurus Persib juga harus aktif dong. Pencabutan sanksi ini kan untuk kebaikan kita semua. Untuk Persib juga," ujar Heru.(san)

Pedagang Menjerit
Atribut Persib tak hanya sekadar penghias suasana atau sebagai media identitas diri belaka. Namun lebih dari itu, disana juga terkandung aspek ekonomi.

Tidak sedikit orang yang menggantungkan hidupnya dari atribut berbau Persib. Para penjual atribut Persib di depan Stadion Siliwangi mengaku sangat terpukul dengan adanya sanksi PSSI yang melarang bobotoh memakai atribut tim Maung Bandung.
"Dampaknya langsung terasa. Setelah ada sanksi pelarangan memakai atribut, omzet penjualan kami turun sampai 50 persen," ujar Nana, salah seorang penjual atribut Persib.

Kini dalam sehari Nana paling banter bisa membawa uang ke rumah sekitar Rp 15 ribu. Padahal dulu bisa Rp 30 sampai Rp 50 ribu.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik